Senin, 27 Februari 2012

Yanaba San, dari Gosip Eks Yakuza sampai Menampar Kepala Anak Indonesia


Yanaba San, dari Gosip Eks Yakuza sampai Menampar Kepala Anak Indonesia


OPINI | 04 February 2012 | 13:03Dibaca: 171   Komentar: 11   1 dari 1 Kompasianer menilai menarik
Perusahaan saya di Jepang dulu memproduksi aluminium batangan. Sekali Produksi, satu tungku menghasilkan 50 Ton dalam waktu 12 Jam. Rata-rata Operator Orang Jepang memproduksinya dalam waktu begitu. Namun ada seorang Jepang yang mampu memproduksi 50 Ton kurang dari 12 Jam, bisa 10 jam Bahkan 8 jam.
Namanya Yanaba, berumur kira-kira 45 tahun. Tahun 2007 lalu ditinggal mati oleh Istrinya karena sakit. Tipe pekerja keras, disiplin, dan perfeksionis, itulah ciri khas dari seorang Yanaba san.
Dimata kami dia sangat disegani dan ditakuti. Begitu pun dimata orang Jepang. Bentakan dan marahannya bagaikan halilintar, sangat menggelegar kalau dikatakan agak lebay sedikit. Maklum, dia pernah mendidik pekerja Indonesia di Jakarta lewat perusahaan anak cabang. Jadi sedikit tahu prihal watak dan perilaku orang Indonesia.
Namun walaupun tahu watak dan perilaku orang Indonesia, dia masih saja lupa kalau Kepala orang Indonesia itu ‘Mahal’. Kenapa?, dia pernah menampar kepala senior kami anak Indonesia karena lalai bekerja.
“Plak”
Kepala senior di tempeleng sedemikian rupa, hingga senior saya mengamuk dan hampir berkelahi dengan yanaba. Padahal kesalahannya cuma kecil, lupa menghitung komposisi aluminum jadi. Hingga dia pun kena tangan “empuk” Yanaba.
Sudah kebiasaan Orang Jepang termasuk Yanaba sendiri memukul kepala, bila ada pekerja yang melakukan kesalahan. Kata mereka, hal itu dilakukan supaya kepala tidak keras dan padat, bilamana dipukul “plak”, kepala jadi encer dan otak dapat menyerap perintah dengan baik.
Tapi, itu untuk kebiasaan orang jepang saja saya kira. Kalau untuk ukuran orang Indonesia, itu tidak sopan. Memukul kepala sama saja menampar harga diri, enak saja memukul kepala, disenggol saja marah kok.
Adu mulut terjadi antara senior dan Yanaba tadi. Kalau tidak dipisahkah, alamat buruk perkelahian. Mereka berdua disidang dikantor perusahaan. Berakhir dengan kesepakatan untuk anak Indonesia agar lebih teliti lagi dalam bekerja, sedangkan Yanaba diperingatkan untuk tidak memukul kepala Orang Indonesia lagi.
Semenjak itu Yanaba san berubah sikap dengan anak Indonesia, berubah sikap yang lebih lembut. Tidak sama terhadap orang Jepang pada umumnya yang lebih garang, suka berteriak dan grasak grusuk.
Suatu hari, kami, Anak Indonesia berjumlah 10 orang di ajak Yanaba san makan. Turut serta juga 3 orang teman Jepang karyawan perusahaan. Sambil makan seorang teman Jepang mengatakan kalau, Yanaba itu anak kesayangan Bos perusahaan. Kemampuan dia bekerjalah yang membuat Bos menyukai Yanaba. Teman saya juga mengatakan sambil berbisik kalau Yanaba itu mantan Yakuza. Saya hampir tidak percaya, kok bisa dia bekerja disini kalau mantan Yakuza.
Ketidak percayaan itu sirna ketika pernah melihat Tato besar di punggung Yanaba ketika berada di loker ganti baju. Tato Kepala Naga yang lagi buka mulut siap memakan. Gaya Yanaba di luar perusahaan juga Nyentrik, berpakaian glamour dengan merk ternama amerika, pakai gelang dan kalung emas. Mobilnya pun berbeda dengan karyawan Jepang lainnya, bukan minibus dan sedan made in japan, tapi Ferrari sport.
“Jangan ke tempat hiburan malam nanti kau ketemu Yanaba”, kata teman Jepang. Walaupun diperingatkan begitu, tetap saja kami pergi ngilangin suntuk. Dan kenyataannya tidak pernah bertemu Yanaba san, namun keesokan paginya Yanaba mengetahui kalau kami ada di sebuah Bar di Umeda Osaka.
Yanaba san, perawakannya gemuk pendek berkepala botak, mirip Pinguin dalam Film Batman. Ditakuti dan disegani karena dia mantan Yakuza atau bukan, saya tidak peduli. Saya mengagumi beliau dalam hal bekerja. Cepat, teliti dan hasilnya bagus. Tetap bekerja malamnya, setelah pemakaman istrinya siang hari.
Kehidupan boleh hedonisme, tapi dalam bekerja, adalah bekerja, ada hasilnya, target perusahaan tercapai.
“Apa tujuan didirikan perusahaan ini?”, tanya Yanaba kepada saya suatu ketika
“untuk memproduksi aluminium”
“salah, Yang benar adalah untuk mencari untung. Perusahaan dibuat untuk menghasilkan uang, untuk membayar gaji kalian, untuk membayar gaji karyawan lainnya. Untuk menghasilkan uang, kalian harus bekerja dengan giat, bekerja dengan cepat supaya uang yang didapat lebih banyak. Kalau malas-malasan, tidak ada uang, perusahaan menjadi rugi”. Kata yanaba san menjelaskan.
###
Saya pun manggut-manggut sekarang. Lalu bertanya kepada Budi Van Boil,
“apa tujuan didirikan Kompasiana?”
“untuk menampung penulis berbakat”
“salah”
“untuk mengkritik pemerintah?”
“salah”
“untuk, mengumpulkan bloger handal”
“salah, yang benar adalah untuk mencari untung!.”
Kalau tidak Iklan dan sponsor, mungkin Kompasiana sampai disini saja. Kalau tidak ada Yamaha, Telkomsel, Nokia, atau sponsor lainnya yang sering bikin Lomba, mungkin Kompasiana sudah kolaps. Untuk mencari sponsor, caranya menaikan rangking dengan menulis yang banyak dibaca orang. Makin tinggi rangking makin banyak sponsor masuk.
Ya, pertanyaan ke Budi sekadar iseng saja.
Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar