Senin, 27 Februari 2012

Tanaka San yang Pintar Berbahasa Indonesia di Negaranya Sendiri




REP | 04 February 2012 | 09:03Dibaca: 134   Komentar: 6   1 dari 1 Kompasianer menilai menarik
Namanya Tanaka, panggilan saya ke dia adalah Tanaka san. Orang Jepang yang berumur 41 tahun pada agustus 2007 lalu ini sangat mahir berbahasa Indonesia. Katanya pernah menetap di Bali dan Jakarta selama beberapa bulan, lalu belajar budaya dan bahasa Indonesia kemudian balik lagi ke Negaranya Jepang.
Ketemu dengan dia secara tidak sengaja sedang makan Takoyaki di sebuah toko di Fujidera shi Osaka. Sebuah toko yang menjual beberapa minuman dan Takoyaki tersebut, Tanaka san duduk didepan tempat masak Takoyaki. Saya kira dia penjualnya, rupanya bukan, dia berteman dengan penjual takoyaki. Jadi hampir setiap malam Tanaka san nongkrong disana.
Saya disapanya,
“Selamat malam”, saya lalu mencari sumber suara, kok ada yang ngomong pakai bahasa Indonesia, pikirku saat itu.
Dari dalam, nonggol kepala lelaki Jepang, sambil tangannya melambaikan ke saya,
“Membeli apa?”
“Takoyaki,”, saya jawab penasaran ke dia.
“Silahkan masuk ke toko”, kata dia menyuruh saya masuk. Karena toko Takoyaki tersebut, seperti layanan out service, di luar ada di dalam pun ada.
Saya pun masuk, didalam saya langsung disuguhi Yaki soba oleh Tanaka San,
“jangan takut, tidak dicampur dengan yang haram buat Muslim, kata Tanaka san menjelaskan pakai Bahasa Indonesia sedikit terbata.
“Bahasa Indonesianya Bagus”, kata saya kagum
“saya banyak belajar dengan orang indonesia di Bali, tapi tidak begitu fasih, karena masih ada kata yang tidak kumengerti”; kata Tanaka san menjelaskan dengan campuran bahasa Jepang-Indonesia sedikit.
Tanaka san sebelum ini pernah mengenal anak Indonesia juga Di Fujidera ini, namanya Horis, yang ternyata senior saya yang sudah pulang ke Indonesia. Jadi tidak heran dia menyapaku dengan ramah pakai bahasa indonesia, rupanya dia telah mengenal ada beberapa anak Indonesia yang tinggal di Fujidera ini.
Dia banyak juga belajar dengan Horis, sering jalan bareng dan Horis juga mengenalkan budaya Indonesia ke Tanaka san. Horis telah pulang, jadi Tanaka tidak ada teman ngobrol pakai bahasa Indonesia lagi, dia takut kemampuannya berkurang kalau tidak sering diasah ngobrol.
Ketemu saya, sepertinya dia menemukan teman ngobrol, dan itu membuat dia senang.
“saya ketemu Horis disini juga, semenjak dia pulang, saya menunggu Juniornya yang katanya ada di fujidera ini.” kata Tanaka san.
“Jadi, saya ini telah lama anda tunggu?,”
“hahah, mungkin saja, kau malaikat yang diutus untuk mengasah kemampuan bahasa Indonesia ku.”.
Semenjak perkenalan pertama dengan Tanaka di Toko Takoyaki, saya bersama teman Indonesia sering Nongkrong bareng dia di toko takoyaki tersebut. Tiap malam minggu saya dan teman-teman saling bertukar bahasa, Tanaka mengajarkan bahasa Jepang, kami mengajak Dia berbahasa Indonesia. Pembeli Takoyaki saja yang Bingung, ini toko Indonesia atau Jepang.
Biarkan saja mereka bingung, sama halnya kebingungan orang Jepang ketika Tanaka Mengajak Kami mengikuti Acara Matsuri pada Bulan Oktober 2007 di Fujidera shi. Kami ber-3 orang Indonesia diajak Tanaka bersama orang jepang lainnya memikul beban tandu Matsuri. Beratnya minta ampun, saat puasa lagi, tapi itu tidak terasa capek, karena kebersamaan tersebut menghilangkan rasa lelah memikul beban berapa ratus kilo tersebut.
Tanaka memperkenalkan kami kepada masyarakat Fujidera, mereka senang, Karena telah dua kali melihat ada anak Indonesia yang memikul tandu Matsuri setelah Horis tadi tentunya. Orang Indonesia hebat kata mereka, bisa bersosialisasi dengan mereka, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan Fujidera ini. Itu sudah tentu peran dari Tanaka san, kalau tidak ada dia, mana mungkin kami, orang asing bisa masuk ke acara sakrar mereka.
Sehabis acara Matsuri, kami diajak minum Bir, tapi kami tolak sembari juga Tanaka menjelaskan ke Masyarakat di sana. Mereka memahami, apalagi saat itu bulan Puasa, menahan haus dan lapar juga membuat mereka berdecak kagum terhadap kami.
“Ya, inilah Anak Indonesia,” kata Tanaka san kepada Masyarakat setempat. Mereka pun senang terhadap kami, awal dari sebuah kehidupan sosial yang berlainan budaya pada satu negara bernama Jepang.
Tanaka san juga mengajak kami berkumpul pada acara tahun baru dengan masyarakat setempat. Cukup mudah sekali rasanya bergaul dengan mereka, ini sudah tentu peran dari Tanaka san yang membantu berkomunikasi dengan mereka.
Dari beberapa hal diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, komunikasi yang baik dan nyambung dapat mempermudah pergaulan dengan masyarakat di Dunia manapun. Tanaka san bisa berbahasa Indonesia, berfungsi sebagai lidah kami kalau tidak terlalu mengerti bahasa Jepang. Timbal balik ke Tanaka san tidak ada, cuma mengajak berbicara Bahasa Indonesia saja, dia pun senang.
Ketika saya pulang dia mengantar sampai ke Bandara Kansai Osaka. Tidak ada air mata, hanya raut mukanya menunjukan kesedihan yang telah kehilangan anak Indonesia lagi setelah Horis.
Jangan takut Tanaka San, Junior masih akan datang menggantikan saya di sini.
Sayonara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar