Senin, 27 Februari 2012

Inilah Mereka Ayah dan Suami yang Baik


Inilah Mereka Ayah dan Suami yang Baik


OPINI | 17 February 2012 | 07:11Dibaca: 194   Komentar: 2   1 dari 2 Kompasianer menilai inspiratif
Kamisaka San, Orang Jepang Berumur Hampir 60 tahun. Bekerja genap 30 Tahun ketika Saya sudah 2 tahun bekerja di perusahaan Aluminium tersebut. Walaupun sudah tua, dia tetap bekerja dengan keras. Saya pernah satu mesin dengan dia, dan banyak mengajarkan Penghidupan.
Gaji lumayan besar, namun dikelola Oleh Istri di rumah, dia hanya memegang beberapa ribu saja untuk keperluan membeli kopi dan rokok. Makan siang sudah disiapkan “bento” oleh Istrinya. Buat bensin?, tidak perlu, sebab Kamisaka san Berangkat kerja naik sepeda.
Keluarga memotivasinya. Menafkahi anak dan Istri lebih membuat dia bahagia dari pada menghaburkan uang yang tidak jelas. Anak kamisaka ada yang berkuliah di Amerika, jadi Istrinya yang mengelola uang harus hemat sekali memenuhi kebutuhan keluarga.
Kalau saya melihat keadaan kamisaka san, terkadang Kasihan, sudah tua begini bekerja sedemikian kerasnya. Saya tidak sampai hati, kalau melihat dia mengangkat yang berat-berat. Tapi, kalau ditolong, malah menyuruh saya tidak usah membantu, karena dia bisa.
Orang yang model begini harusnya pensiun, menikmati masa tua di rumah bersama keluarga. Pernah saya berkata demikian, malah dia jawab, “Istri mau makan apa nantinya”.
Ada lagi di tetangga sebelah mesin, namanya Ueno San. Lebih tua dari kamisaka san, diberi julukan “ichiban sempai” oleh orang Jepang. Anak gadisnya bekerja juga diperusahaan yang sama, sering pulang bareng karena takut anak gadisnya itu dipacarin anak Indonesia.
Ueno San pernah mengatakan kepada saya kalau anaknya tersebut tidak suka anak Indonesia karena asing bagi dia. Takut psikologis anaknya terganggu, dia menjaganya dari gangguan anak Indonesia.
Padahal, kami ini, anak magang yang baik-baik semua, menegur sapa pun dengan “aisatsu” yang sopan. Tidak pernah sekalipun menegur anaknya tersebut karena tahu dan segan dengan ayahnya itu.
Ueno San juga membatasi pergaulan anak gadisnya, tidak boleh keluar malam, dan harus ada laporan kemana dia pergi bersama siapa. Untuk pergaulan anak muda Di Jepang, Ueno san tergolong orang tua yang kolot. Anak gadisnya itu pasti kurang gaul seperti anak yang lain. Tapi, lebih baik begitu, dari pada kebablasan melepas anaknya, hingga aborsi.
Ketika bekerja Ueno san terkenal paling “ii”, dia menjadi panutan bagi yang lain. Bekerja bagi dia sama seperti main, tetap saja senang. Beda dengan orang Jepang yang lain, serius, tanpa senyum dan kaku. Di akhir tahun dia mendapat penghargaan dari perusahaan berupa “pekerja senior yang paling kuat”.
Ueno san dan kami san merupakan Ayah sekaligus Suami yang baik. Dia bekerja untuk menafkahi anak dan istri. Belum mau pensiun selagi masih bisa bekerja untuk keluarga. Bagi dia hidup ini hanyalah untuk Keluarga. Ketika saya menyelesaikan program magang, mereka berdua menitipkan pesan ke saya untuk segera membina rumah tangga, karena kehidupan yang sebenarnya adalah itu.
Bento=Bekal
Ichiban sempai=paling senior
Aisatsu=Salam
ii= Baik, bagus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar