Senin, 27 Februari 2012

Orang Jepang Pun Ada yang Tidak Bisa Membaca


Orang Jepang Pun Ada yang Tidak Bisa Membaca


HL | 10 February 2012 | 05:12Dibaca: 751   Komentar: 34   2 dari 4 Kompasianer menilai menarik

Teringat ketika baru datang ke Jepang dulu, saya disuruh membaca teks motivasi kerja dalam bahasa Jepang, namun terbata-bata. Karena saat itu saya hanya membaca huruf katakana dan hiragana saja, sedangkan huruf kanji tidak saya baca.
Ada sedikit malu juga saat itu, apalagi ada orang Jepang yang tertawa. Namun, malunya saya ketika itu masih bisa dikatakan biasa saja, karena saya masih baru. Kalaupun seterusnya tidak bisa juga, harap maklum saja, karena saya bukan Orang Jepang.
Ada yang bikin saya heran, ketika datang anak yang baru masuk bekerja, terbata-bata juga dalam membaca. Anak baru ini bukan orang asing seperti saya, tapi orang Jepang. Namanya Takeda, 20 tahun. Baru masuk bekerja setelah saya sudah setahun berada di perusahaan.
Waktu pun berlalu, Takeda dipindahkan ke mesin saya dan bekerja sama dengan saya. Saat itu kami mulai akrab, dan mengetahui kalau Takeda ini agak kurang mengerti huruf kanji. Takeda bisa membaca kanji, tapi ada beberapa kanji yang tidak dia mengerti karena level huruf kanji tersebut sudah tinggi.
Tekeda san hanya lulusan SMA (untuk ukuran Indonesia). Jadi pengetahuan huruf kanji cuma sebatas itu. Kata Takeda, teks Motivasi yang dibacakan saat itu, level kanjinya untuk perguruan tinggi. Jadi, dia tidak bisa mengeja kanji yang belum dipelajari itu, hingga terbata-bata dalam membaca.
Saya sangat bersyukur dong berdiam di Indonesia sekarang ini, bisa membaca semua koran berbahasa Indonesia. Kalau orang jepang semacam Takeda ini, belum tentu dia bisa membaca koran dalam Bahasa Jepang, mengapa? Karena koran Jepang memakai huruf Kanji. Level kanjinya pun sudah tinggi. Kurasa, banyak sekali kalimat terputus kalau Takeda membaca koran keras-keras.
Kalau di Indonesia, membaca dengan mengeja banyak terlihat pada anak-anak. Kalau di Jepang, Takeda ini masih di anggap anak-anak oleh orang Jepang. Namun bedanya, anak-anak orang jepang disebut bila dia belum bisa membaca kanji. Sedangkan kita, orang Indonesia, tidak mungkin disebut anak-anak kalau seumuran takeda ini tidak bisa membaca, tapi disebut buta huruf.
Takeda tidak bisa dikatakan buta huruf, karena kemampuan membaca cuma sebatas itu. Lalu mengapa saya tidak bisa dimaklumi ketika saya tidak bisa membaca kanji?, karena mereka menganggap orang Indonesia itu pintar, dan dapat menguasai bahasa mereka dalam waktu singkat.
3,5 tahun Jepang menduduki Indonesia pada zaman dahulu, mata mereka itu sepertinya terbuka sekarang ini, kalau Orang Indonesia itu Pintar. Kalau tidak pintar, tidak mungkin dalam waktu 4 bulan belajar bahasa Jepang di Indonesia semua siswa dapat menguasai Level 4 Nihonggo Noryokusiken. Bahkan, beberapa Anak magang yang pulang dari Jepang selama 3 Tahun disana, lulus Level 2 Tes Nihonggo noryokusiken. Mereka salut itu, dan terbukti di Perusahaan tempat ku bekerja dulu, andalan mereka dalam bekerja adalah anak Indonesia, walaupun mereka munafik untuk mengakui itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar